Samstag, 7. Juni 2025

restarting, but probably slowly forgetting.

 hi, rasanya aneh sekali akhirnya menulis disini lagi setelah hampir tujuh tahun berlalu, terlalu banyak yang terjadi dan berubah, jadi sepertinya untuk meringkas semuanya merupakan hal yang mustahil.

I'm writing this in my late twenties, udah 29 tahun. Can you imagine?

Ada beberapa pertimbangan untuk tidak menghapus blog ini, padahal jelas dorongan untuk menghilangkan dan menghapus semua yang tertulis disini terasa lebih masuk akal.

Tetapi setelah aku baca lagi setiap tulisan saat aku masih berumur belasan hingga menginjak dua puluh awal, semua terasa begitu....jujur. 

Aku melihat bagaimana aku mengalami berbagai perasaan yang tertuang dalam tulisan; mengenai mimpi, jatuh cinta, dan tentunya how i deal with a heartbreak. Aku pikir, fadia yang dulu akan sedih sekali apabila ia tidak punya sesuatu hal untuk dilihat kembali, untuk mengunjungi kepingan-kepingan dirinya dari masa lalu, yang begitu punya banyak mimpi, yang begitu mencintai puisi, yang begitu mencintai seseorang tanpa tapi. So, let's just say it's for my own sake. Aku akan membuat blog ini tetap ada, bukan untuk siapa-siapa tetapi untuk diriku sendiri, untuk kembali menyadari bahwa mencoba untuk menghapus semuanya malah membuat aku digerogoti rasa sesal yang tiada usai. Jadi, mari berteman lagi dengan aku yang pernah ada, karena meskipun berat, semua hal yang pernah tercipta adalah yang membentuk diri hingga sekarang.

Lalu mungkin ada pertanyaan yang akan muncul: apakah akan sering menulis lagi?

Harapannya, iya. Tapi sepertinya untuk sekarang waktu terasa begitu penuh dengan segala hal yang memenuhi isi kepala. Jadi intinya, lihat saja. Jangan terlau berharap aku akan selalu menulis di sini, tapi aku pasti kembali waktu ke waktu, jika rindu.


Montag, 13. August 2018

anak kecil

lampu mati,
kau terpejam.
ku nyanyikan selamat tidur,
untuk kau, anak kecil.

mereka bilang,
banyaklah bermimpi
jika nanti kau cium mentari pagi
mimpi mimpi itu akan memelukmu,
dengan selimut warna merah muda

anak kecil,
katamu padaku,
kau ingin ambil awan di langit
lalu ku bilang, iya.
kemudian kau tertawa lepas, senang.

anak kecil,
aku terkadang rindu tertawa sederhana
seperti tawamu kala kubelikan es krim rasa coklat.
atau ketika ku nyalakan televisi dengan kartun favoritmu.
aku ingin bahagia, kecil, sederhana,
aku ingin bahagia, tulus, tak banyak pinta.
sepertimu,

Sonntag, 29. April 2018

Untuk kau

bagaimana aku bisa bilang?
bila, di dekatmu saja, jantungku riah berdendang.
bagaimana aku bisa katakan?
bila, dengar suaramu saja. hatiku terteduhkan.

Untuk kau.
yang menemani resahku
namun jadi alasan dari itu
Untuk kau.
yang menyenandungkan lagu kesukaanku.
dan kau, adalah alasan dari tiap lirik lagu jadi terasa nyata.
Untuk kau.
yang tau pelukmu terasa pas untukku.
lagi, kau, yang melepasnya terlebih dulu.
Untuk kau,
yang senyumnya terasa bagai akhir pekan, menyenangkan.
dan kau, semoga kau tau aku ingin jadi yang kau pilihkan.



aku ingin


akhirnya,

tetap untuk kau.

Montag, 3. April 2017

Seperlunya

Bawa seperlunya.
Bukan, bukan yang mereka butuh.
namun yang kau butuh.
Buang seperlunya.
yang usang dan menyakitkan.
Bukan, bukan yang buatmu belajar.
namun yang buatmu tak mau belajar.
Lepas seperlunya.
caranya mengenggam tanganmu sore, habis hujan itu.
Bukan caranya hilang tanpa bilang
karena setidaknya kau bisa setegar karang.



Bahagia.
Bahagialah sebahagiamu.
karena pada satu titik nanti, hanya ada dirimu, untukmu.

Donnerstag, 5. Januar 2017

pada mimpi kemarin


mimpi
aku kini terkurung dalam dua puluh
 angka-angka yang terkadang tak sebanding dengan peluh
dan rutinitas jenuh

mimpi, ayo bangun
kepak koper, bawa seperlunya
mimpi, ayo seka sendu di dalam pelukku
kelak kita akan bertemu
bila waktu telah dewasa padaku

mimpi, bukankah pada selamat tinggal, tersirat sampai jumpa?
maka, untuk sekarang tak apa
bila saling melepaskan dan tak lagi saling sapa.

mimpi bila nanti ada waktu,
mari berpuisi lagi dan berbincang mengenai hidup yang sedang aku coba hidupi.






Donnerstag, 21. Juli 2016

tulisan ini untuk mbah kakung

ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kenangan seperti lebah yang berlari kearahmu, menyengat. meninggalkan perih, jejak.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba senyumnya melintas dalam benakmu, tawanya terngiang di telingamu, sentuhnya seakan melingkupimu.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kau temukan dirimu berjalan sendiri. berjalan tak peduli kemana dan dimana.
ketika seseoang pergi dari hidupmu, tiba-tiba lampu kamar terasa mengganggu. lalu kau biarkan ia gelap dan kau meringkuk seharian.
ketika seseorang pergi dari hidupmu air mata tak langsung jatuh, kau akan merasa jeda di dalam detik lalu air mata memecah heningnya.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kau salahkan jarak. kau hanya ingin pulang, dekat dengannya, berada disisinya.



siang ini terasa biasa saja, sama seperti biasa. di kos sendiri setelah mengurus beberapa keperluan dokumen. baru beberapa langkah menaiki tangga tiba-tiba ada telepon masuk, dari umi.
hening. namun aku merasa sesak memenuhinya.
"Mbah Kakung meninggal ki." lalu disambut dengan tangis pecah di seberang sana.
aku bingung, jemariku seketika dingin.
saat pertama kali mendengar suara umi, tiba-tiba semua kenangan masa kecil bersama mbah kakung terputar di kepala, aku terjebak, di mesin waktu ke tahun-tahun yang lalu.
seperti yang kubilang, tangis tak langsung pecah.
ada jeda yang bawa perih hingga kerongkonganmu kering lalu air mata jatuh tidak berhenti.
"doain aja ya ki."
"Iya mi"
setelah itu telepon diputus.
aku bingung.
harus apa? bagaimana?

seketika dalam pikiranku terbayang wajah Abi.
aku tahu aku sedih, teramat.
lalu, bagaimana dengan Abi?
yang kehilangan Ayah yang dia sayang?

untuk pertama kali dalam hidupku.
aku baru tahu rasanya menangis karena membayangkan seseorang terluka.
membayangkan wajahnya dijatuhi air mata.
membayangkan matanya sembab.
aku takut. baru kali ini aku merasa takut sebegitunya.
aku marah karena aku tidak disana.
aku marah karena tidak bisa memeluknya.


Mbah Kakung,
kiki sedih tidak bisa disana
kiki kangen ngobrol sama Mbah Kakung
kiki kangen cara Mbah Kakung bilang "kotak-kotak" dengan logat jawa yang khas.
kiki kangen.


tapi Allah lebih sayang,
Allah mau Mbah Kakung ga sakit lagi.
Allah sayang Mbah Kakung.
Abi, kiki, kita semua sayang Mbah Kakung.

Mittwoch, 1. Juni 2016

di jalan

di jalan ada yang hilir mudik
berkejaran dengan waktu yang pelik
di jalan ada yang meminta
lapar hingga meronta
di jalan ada banyak lampu
terlalu silau hingga bertukar sapa pun tak mampu
di jalan banyak haru
dari yang ditinggal ke tempat baru
di jalan ada bahagia yang terselip di kantong celana 
lalu hilang tak tahu kemana
di jalan ada cinta
yang akhirnya sepi tinggal cerita
di jalan ada rindu terkelu
tertelan oleh bunyi kendaraan tak tahu malu
di jalan ada tangis teriris
sebabnya karena dunia terasa makin sadis
di jalan ada banyak kepala
namun tertunduk karena si canggih yang bisa segala
di jalan hiruk pikuk
yang asing jadi kikuk
yang lama makin merutuk
jalan makin suntuk.

restarting, but probably slowly forgetting.

 hi, rasanya aneh sekali akhirnya menulis disini lagi setelah hampir tujuh tahun berlalu, terlalu banyak yang terjadi dan berubah, jadi sepe...