Donnerstag, 21. Juli 2016

tulisan ini untuk mbah kakung

ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kenangan seperti lebah yang berlari kearahmu, menyengat. meninggalkan perih, jejak.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba senyumnya melintas dalam benakmu, tawanya terngiang di telingamu, sentuhnya seakan melingkupimu.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kau temukan dirimu berjalan sendiri. berjalan tak peduli kemana dan dimana.
ketika seseoang pergi dari hidupmu, tiba-tiba lampu kamar terasa mengganggu. lalu kau biarkan ia gelap dan kau meringkuk seharian.
ketika seseorang pergi dari hidupmu air mata tak langsung jatuh, kau akan merasa jeda di dalam detik lalu air mata memecah heningnya.
ketika seseorang pergi dari hidupmu, tiba-tiba kau salahkan jarak. kau hanya ingin pulang, dekat dengannya, berada disisinya.



siang ini terasa biasa saja, sama seperti biasa. di kos sendiri setelah mengurus beberapa keperluan dokumen. baru beberapa langkah menaiki tangga tiba-tiba ada telepon masuk, dari umi.
hening. namun aku merasa sesak memenuhinya.
"Mbah Kakung meninggal ki." lalu disambut dengan tangis pecah di seberang sana.
aku bingung, jemariku seketika dingin.
saat pertama kali mendengar suara umi, tiba-tiba semua kenangan masa kecil bersama mbah kakung terputar di kepala, aku terjebak, di mesin waktu ke tahun-tahun yang lalu.
seperti yang kubilang, tangis tak langsung pecah.
ada jeda yang bawa perih hingga kerongkonganmu kering lalu air mata jatuh tidak berhenti.
"doain aja ya ki."
"Iya mi"
setelah itu telepon diputus.
aku bingung.
harus apa? bagaimana?

seketika dalam pikiranku terbayang wajah Abi.
aku tahu aku sedih, teramat.
lalu, bagaimana dengan Abi?
yang kehilangan Ayah yang dia sayang?

untuk pertama kali dalam hidupku.
aku baru tahu rasanya menangis karena membayangkan seseorang terluka.
membayangkan wajahnya dijatuhi air mata.
membayangkan matanya sembab.
aku takut. baru kali ini aku merasa takut sebegitunya.
aku marah karena aku tidak disana.
aku marah karena tidak bisa memeluknya.


Mbah Kakung,
kiki sedih tidak bisa disana
kiki kangen ngobrol sama Mbah Kakung
kiki kangen cara Mbah Kakung bilang "kotak-kotak" dengan logat jawa yang khas.
kiki kangen.


tapi Allah lebih sayang,
Allah mau Mbah Kakung ga sakit lagi.
Allah sayang Mbah Kakung.
Abi, kiki, kita semua sayang Mbah Kakung.

Keine Kommentare:

anak kecil

lampu mati, kau terpejam. ku nyanyikan selamat tidur, untuk kau, anak kecil. mereka bilang, banyaklah bermimpi jika nanti kau cium me...